Minggu, 11 November 2018

Lobak

Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di F icon.svg FacebookTwitter bird logo 2012.svg TwitterInstagram simple icon.svg Instagram, dan Telegram logo.svg Telegram
Tutup

Lobak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jump to navigationJump to search
Lobak
Daikon.jpg
Klasifikasi ilmiah
Kingdom:Plantae
(tidak termasuk):Angiospermae
(tidak termasuk):Eudikotil
(tidak termasuk):Rosidae
Ordo:Brassicales
Famili:Brassicaceae
Genus:Raphanus
Spesies:R. sativus
Nama binomial
Raphanus sativus
L.
Lobak adalah tumbuhan yang masuk ke dalam famili Cruciferae. Bentuk umbi lobak seperti wortel, tetapi isi dan kulitnya berwarna putih. Tanaman lobak berasal dari Tiongkok, dan telah banyak diusahakan di Indonesia. Tanaman yang mudah ditanam baik di dataran rendah maupun pegunungan.
Saat ini daerah yang banyak ditanami lobak adalah dataran tinggi PangalenganPacetCipanas, dan Bedugul. Luas areal tanaman lobak di Indonesia saat ini berkisar 15.700 hektare.
Tanah yang baik untuk tanaman lobak adalah tanah gembur, mengandung humus (subur), lapisan atas tanah yang tidak mengandung kerikil (batu-batu kecil), dan derajat keasaman tanah 5-6. Waktu penanaman yang cocok adalah saat musim hujan atau awal musim kemarau. Untuk penanaman pada musim kemarau, tanaman harus cukup air.

Cara penanaman[sunting | sunting sumber]

Tanaman lobak yang ditumpang sari seledri di Pangalengan, Bandung.
Lobak ditanam dari bijinya. Bibit lobak tidak perlu didatangkan dari luar negeri (impor), cukup dari hasil biji sendiri karena tanaman ini mudah berbunga dan berbiji. Biji-biji tersebut dapat ditanam langsung di kebun tanpa disemai terlebih dulu. Untuk penanaman seluas 1 ha diperlukan biji sebanyak 5 kg.
Menurut teori, untuk lahan seluas 1 ha diperlukan 4 kg biji dengan daya kecambah 75%. Sebelum biji ditanam, lahan yang akan ditanami diolah terlebih dulu dengan cara dicangkul sedalam 30–40 cm, kemudian diberi pupuk kandang atau kompos 10 ton/ha. Setelah tanah diratakan, dibuat alur dengan jarak antar alur 30 cm. Sebaiknya alur tersebut dibuat membujur dari arah barat ke timur agar sinar matahari masuk ke tanaman secara maksimal. Selanjutnya biji-biji tersebut ditaburkan tipis merata sepanjang alur, kemudian ditutup tanah dengan tipis-tipis. Biji akan tumbuh setelah 4 hari kemudian.
Setelah umur 2-3 minggu, tanaman mulai disiangi sambil dibuat guludan yang dibuat dengan cara tanah di sepanjang barisan tanaman ditinggikan. Sambil tanah didangir, tanaman disulam. Supaya tumbuh optimal, tanaman yang tumbuh kerdil dicabut dan yang tumbuh subur tetap dipelihara.
Setelah disulam, jarak tanaman menjadi 10–20 cm. Pada umumnya, petani jarang memberikan pupuk buatan. Supaya diperoleh hasil yang memuaskan, tanaman lobak perlu diberikan pupuk buatan. Pupuk buatan yang perlu diberikan adalah urea, TSP dengan perbandingan 1:2 sebanyak 6 g tiap tanaman. Pupuk di kanan-kiri batang tanaman dengan jarak 5 cm. Dengan demikian, untuk tanaman seluas 1 ha diperlukan 100 kg pupuk urea dan 200 kg TSP. Pupuk sebaiknya diberikan pada waktu tanah didangir.

Pemeliharaan tanaman[sunting | sunting sumber]

Tanaman lobak penting untuk dijaga dari hama kutu daun yang mungkin menyerang. Hama ini dapat diberantas dengan semprotan insektisida seperti Kelthin 0,2% atau Decis 2,5 EC 0,2-0,3%.

Pemanenan[sunting | sunting sumber]

Hasil tanaman dapat dipanen setelah umbi-umbinya cukup besar, kira-kira setelah tanaman berumur 2 bulan. Keterlambatan dalam memanen akan menyebabkan umbi menjadi berkayu dan rasanya menjadi tidak enak. Jika hal tersebut terjadi, umbi lobak susah dipasarkan.
Tanaman yang terawat dapat menghasilkan umbi 15-20 ton/ha. Bahkan ada jenis lobak yang dapat menghasilkan sebuah umbi yang beratnya hingga mencapai 0,5–1 kg, dan rasa umbinya enak.

Manfaat[sunting | sunting sumber]

Lobak dapat digunakan sebagai obat gangguan ginjal dan demam. Di samping itu, dapat pula menghasilkan lendir dalam kerongkongan sehingga baik untuk obat batuk. Umbi lobak dapat dimakan mentah atau dibuat acar, tetapi umumnya dibuat sebagai campuran soto.

0 komentar:

Posting Komentar